Kamis, 03 Desember 2020

review jurnal penjas

 

REVIEW JURNAL

PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR SEBAGAI WAHANA KOMPENSASI GERAK ANAK

      Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Pendapat ini kurang begitu tepat dan bijaksana, karena beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak. Disamping itu, selain beguna bagi perkembangan jiwa anak, permainan yang dilakukan seorang anak juga sebagai sarana pengembangan fisik yang meliputi penguatan otot, peningkatan kecepatan, melatih reaksi dan koordinasi, serta membakar kalori yang relatif berlebih, sehingga resiko seorang anak untuk terkena obesitas akan dapat dihindari.

     

      Di dalam intensifikasi penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan Pendidikan Jasmani adalah sangat penting, yakni memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Tidak ada pendidikan yang tidak mempunyai sasaran pedagogis, dan tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alamiah berkembang searah dengan perkembangan zaman.

       Pendidikan Sampai saat ini rata-rata orang menganggap bahwa Pendidikan Jasmani adalah mata pelajaran yang tidak begitu penting dalam sistem pendidikan. Sebagian besar orang tua akan menganggap bahwa disiplin ilmu yang lain utamanya eksak (Fisika, Matematika, Biologi, Kimia) merupakan disiplin ilmu yang lebih penting dan menjamin masa depan anak-anak mereka. Bukan hal yang begitu saja harus disalahkan apa yang menjadi pendapat mereka. Asumsi ini didukung dengan struktur budaya masyarakat yang pada kenyataannya belum begitu menganggap penting arti kata sehat. Mungkin dalam hal ini penulis bisa dikatakan telah melakukan justifikasi, karena tidak didukung dengan sebuah referensi yang berupa hasil tulisan ahli maupun bentuk penelitian. Secara sederhana namun cukup valid dapat kita simpulkan dengan jelas dan nyata, bahwa kebiasaan masyarakat; sangat sedikit yang bisa dikatakan mengarah pada perilaku hidup sehat. Kebiasaan merokok pada sebagian besar masyarakat, rendahnya tingkat aktifitas olahraga yang dilakukan, serta pola makan yang tidak begitu memperhatikan kaidah kesehatan, dan masih banyak lagi. Selain itu, sampai saat ini aktifitas olahraga di negara kita belum begitu menjanjikan untuk diterjuni secara serius sebagai sebuah profesi. Hal ini pulalah yang akhirnya turut mendukung terciptanya asumsi dalam masyarakat yang menyatakan bahwa pendidikan jasmani di sekolahpun tidak begitu penting.

       Dari sekian banyak fungsi Pendidikan Jasmani yang luar biasa yang sudah dituangkan dalam kurikulum, kiranya hanya akan menjadi barang mentah yang tidak berarti jika tidak diturunkan dalam dataran praksis. Lantas siapa yang bertanggung jawab dengan itu? Tidak lain dan tidak bukan adalah figur seorang guru Pendidikan Jasmani. Karena dalam pembelajaran di tingkat sekolah dasar, murid relatif akan cenderung menuntut diarahkan. Sangat kecil kemungkinan inisiatif yang muncul dari murid. Disinilah peran guru pendidikan jasmani sangat diperlukan dalam mengkondisikan suasana kelas sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan optimal.

       Mengingat betapa pentingnya Pendidikan Jasmani di sekolah dasar dalamm mendukung tumbuh kembang anak, ditambah dengan keadaan sekarang dimana perkembangan teknologi telah mendukung kondisi anak untuk tersudut pada keadaan yang cenderung pasif secara fisik, kiranya perlu usaha guna optimalisasi proses pembelajaran Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar yang pada akhirnya diharapkan bisa digunakan sebagai wahana kompensasi gerak anak. Kompensasi dalam hal ini mengacu pada pengertian, pencarian kepuasan disatu bidang untuk mendapatkan keseimbangan dari kekecewaan dibidang lain (Tim Prima Pena, 1999: 379). Adapun kekecewaan yang dimaksudkan dalam tulisan kali ini adalah terpangkasnya ruang aktifitas bermain anak secara disadari maupun tidak, yang pada akhirnya menimbulkan dampak yang kurang baik dalam perkembangan anak. Perlu adanya penyadaran bersama terhadap semua komponen yang berkompeten dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani—pada utamanya guru. Pendidikan Jasmani bukanlah hal yang remeh temeh dan mata pelajaran minor yang kurang bermanfaat. Pendidikan Jasmani di sekolah dasar harus mampu hadir dalam sajian yang menarik, sehingga mampu merangsang anak untuk terlibat secara aktif dalam aktifitas gerak yang terangkum dalam proses pembelajaran.

 

https://journal.uny.ac.id/index.php/jpji

 

Sumber jurnal :

Anwar, M. Hamid. "Pendidikan Jasmani Sekolah DasarSebagai Wahana Kompensasi Gerak  

      Anak." Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia 3.1 (2005).

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda